✔ Kreativitas Berguru Siswa
Menurut Conny Semiawan dalam bukunya Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Di Sekolah Menengah, (1990:7), kreativitas ialah kemampuan untuk memperlihatkan gagasan-gagasan gres dan menetapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas mencakup baik ciri-ciri kogniif (aptitude) mirip kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri-ciri afekif (non-aptitude) mirip rasa ingin tahu, bahagia mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Kata kreativitas berasal dari “create” yang berarti pintar mencipta. Dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas berfikir. Menurut Hurlock (2005: 4), “Kreativitas ialah kemampuan untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya”.
=====================================
=====================================
Menurut Clark Moustakas sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2002:24) dalam bukunya Membangun Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah menyatakan bahwa “Kreativitas Adalah Pengalaman Mengekspresikan Dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam korelasi dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.”
Kreativitas ialah kemampuan membuat kombinasi gres berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan unuk membuat hal-hal yang gres sama sekali tetapi merupakan adonan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Yang dimaksudkan dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada sebelumnya, atau sudah dikenal sebelumnya. Adalah sebuah pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya. Disini termasuk segala pengetahuan yang telah diperolahnya baik selama dibangku sekolah maupun diperolehnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin banyak kemungkinan beliau memanfaatkan dan memakai segala pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri secara kreatif.
Kreativitas tidak sama dengan intelegensi, dalam arti intelegensi question (IQ), sebagaimana dituangkan dalam penelitian (research) dari tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Kita kini juga mengetahui bahwa jenis tertentu dari keahlian pikiran divergent sanggup ditingkatkan dengan praktek dan latihan. Namun harapan “gagasan yang menghebohkan” yang sangat berkhasiat dalam memahami kreativitas yang minat pada dua puluh terakhir ialah ilham kreativitas sebagai multi intelegen (intelegen yang berlipat ganda).
Asrori (2009:63) menyatakan bahwa kreativitas ialah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk membuat sesuatu yang sama sekali gres atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya gres yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir yang menyeluruh.
Nana Syaodih (2005:104) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan membuat hal baru, cara-cara baru, model gres yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu sesuatu yang sama sekali unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk gres yang mempunyai kualitas yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Kaprikornus hal gres itu sesuatu yang sifatnya inovatif.
Drevdahl (Asrori, 2009:62) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan gres yang sanggup berwujud kegiatan imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola gres dan kombinasi dan pengalaman masa kemudian yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang. Hasil tersebut berguna, bertujuan, terarah, dan tidak hanya sekedar fantasi. Sumber awal dan perkembangan kreativitas itu disebabkan oleh faktor-faktor yang ada dalam lingkungan keluarga.
Utami Munandar dalam Nana Syaodih (2005:104) memperlihatkan rumusan perihal kreativitas sebagai berikut:Kreativitas adalah kemampuan: a) untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukanbanyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c) yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Supriyadi (1994:20) mengemukakan bahwa kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Hal ini senada dengan pendapat Semiawan (1997:19) yang mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memperlihatkan gagasan gres dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Rhodes yang dikutip dalam Utami Munandar (2002:25) menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process), dorongan (press), dan produk (product). Rhodes menyebut keempat jenis definisi kreativitas ini sebagai Four P’s of Creativity. Berikut beberapa definisi perihal kreativitas berdasarkan para pakar:
1. Pribadi
Menurut Hulbeck “creativity is an imposing of one’s own whole personality on the environment in a unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tentang kreativitas yang juga menekankan aspek pribadi diberikan Sternberg dalam “three facet model of creativity”, yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
2. Proses
Definisi tentang proses kreatif dari Torrance intinya mirip langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu: “The process of (1) sensing difficulties, problem, gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; (3 )evaluating and testing these guesses and hypotheses; (4) possibly revising and retesting them; and finally (5) communicating the results”
Definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan perkara hingga dengan memberikan hasil. Wallas dalam Nana Syaodih (2005:105) mengemukakan ada 4 tahap perbuatan atau kegiatan kreatif, yaitu:
a. Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat korelasi antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum sampai menemukan sesuatu, gres menjajagi kemungkinan-kemungkinan.
b. Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap menjelaskan, membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.
c. Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan, kemudian merumuskan beberapa keputusan.
d. Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak.
3. Produk
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti definisi dari Barron yang menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.” Begitu pula menurut Haefele “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi gres yang mempunyai makna sosial.” Definisi Haefele ini menekankan bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui dan bermakna. Amabile mendefinisikan kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang gres dan sesuai dengan kiprah yang dihadapi.
4. Pendorong
Definisi keempat menekankan kreativitas pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk menciptakan dan bersibuk diri secara kreatf) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif yang dirumuskan sebagai “the initiative that one manifers by his power to break away from the usual sequence of thought”. Menurut Amabile kreativitas tidak hanya bergantung pada keterampilan dalam bidang dan berfikir kreatif, tetapi juga pada motivasi intrinsik (pendorong internal) untuk bersibuk diri dalam bekerja, dan pada lingkungan sosial yang kondusif (pendorong eksternal).
D.N. Perkins dalam Zaleha Ishab (2008:54) juga mengemukakan bahwa kreativitas tidak hanya bergantung pada satu sifat saja, tetapi melibatkan banyak komponen. Komponen tersebut antara lain:
1. Berpikir kreatif melibatkan sisi estetik dan standar praktis.
2. Berpikir kreatif bergantung pada perhatian terhadap tujuan dan hasil.
3. Berpikir kreatif lebih banyak bergantung kepada mobilitas daripada kepada kelancaran.
4. berpikir kreatif tidak hanya objektif tetapi juga subjektif
5. berpikir kreatif lebih banyak bergantung kepada motivasi intrinsik daripada motivasi ekstrinsik.
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa kreativitas bukan saja berhubungan dengan penemuan yang bagus dan menarik, tetapi lebih banyak berhubungan dengan penemuan yang memperlihatkan penerapan dan mungkin agak membosankan sehingga mengakibatkan aspek kreatifnya tidak terlihat. Dalam menjalani proses kreatif ini tidak bisa terpaku pada satu hal lantaran kaku dan terobsesi dengan kreativitas. Kadang-kadang diperlukan sikap subjektif dan memperhatikan pendapat yang berdasarkan perasaan. Selain itu, sikap proaktif dalam bertindak juga diharapkan dalam menjalani proses kreatif.
Campbell (2001:17) mengartikan kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berkhasiat dan sanggup dimengerti. Baru diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik. Sedangkan dapat dimengerti diartikan hasil yang sama sanggup dimengerti dan sanggup dibentuk di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak sanggup dimengerti, tak sanggup diramalkan dan tak sanggup diulangi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas ialah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain, atau membuat sesuatu yang baru.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulanganpengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena insiden kebetulan.Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatuhasil belajar, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan Mulyati (2005:5). Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Informasi baru merupakan penghalusan informasi sebelumnya yang kemudian ditransformasikan.Pada tahap transformasi, seseorang memperlakukan pengetahuan semoga cocok.
Dalam mendefinisikan perihal berguru banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan berguru ialah mancari ilmu atau menuntut ilmu, hampir semua hebat pendidikan mencoba merumusakan dan menafsirkan perihal belajar, dalam definisi sering kali rumusan itu berbeda satu sama lain.
Menurut Abi Syamsudin Makmun (2001:157), berguru ialah suatu proses yang selalu memperlihatkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Alisuf Sobri (1995:55) bahwa berguru ialah proses perubahan tingkah laris sebagai akhir pengalaman atau latihan.
Belajar tidak hanya mencakup mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, adaptasi sosial, beragam keterampilan dan cita-cita. Namun tidak sama perubahan prilaku berarti belajar, orang yang tangannya patah lantaran kecelakaan mengubahtingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melaksanakan perbuatan berguru untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang ahli, tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan.
Menurut Hilgard dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2008:45) dalam bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan berguru sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa berguru ialah suatu proses perubahan tingkah laris melalui pendidikan atau lebih khusus melalui mekanisme latihan, perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak diketahui atau dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan hingga pada suatu ketika untuk dievaluasi oleh yang menjalani proses berguru itu.
Dengan tugas baru, mungkin melalui cara ekstrapolasi dan atau bentuk lain. Pada proses terakhir, ada pegujian cara memperlakukan pengetahuan apakah sesuai dengan tugas. Belajar ialah proses perubahan sikap berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Kegiatan berguru mengajar mirip mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan berguru mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikatnya belajar ialah perubahan Syaiful Bahri Djamarah dan Zain (2002:11). Belajar dalam arti yang luas yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam aneka macam bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir Natawidjaja (1979:1) Menurut Natawidjaja (1979:3) terdapat dua kriteria berguru yang berhasil, yaitu sebagai berikut.
1. Pengaruh yang besar dari interaksi belajar mengajar terhadap prestasi siswa dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilain sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar, baik yang diperoleh melalui aneka macam bidang studi maupun sebagai akhir komunikasi yang baik antara siswa dengan yang lain.
2. Suasana yang baik pada para siswa, pengajar dan siapa saja yang turut serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam hal ini prestasi yang baik yang menjadi kriteria pertama.
Pengertian Kreativitas Belajar Siswa
Kreativitas berguru merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam berguru memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran. Menurut Usman (1993: 11) siswa yang mempunyai kreativitas dalam pembelajaran akan diketahui dengan memperlihatkan tingkat kreativitasnya dalam aneka macam kegiatan. Mereka selalu ingin memecahkan persolan-persoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang kala destruktif di samping konstruktif, lebih bahagia bekerja sendiri dan percaya pada diri sendiri.
Utami Munandar (1992:47) mendefinisikan: “Kreativitas ialah kemampuan yang mencermiikan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas thiam berpikir seth kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan “Lebth lanjut Utami Muriandar menekankanbahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil rnteraksi dengan lingkungannya Lingkungán yang merupakan kawasan individu berinteraksi itu sanggup mendukung berkembangnya kreativitas, tetapi adajuga yang justru menghambat berkembangnya kreativitas individu. Kreativitas yang ada pada mdividu itu dipakai untuk menghadapi aneka macam permasalahan yang ada ketika berinteraksi dengan lingkungannya dan mencari aneka macam alternatif pemecahannya sehingga sanggup tercapai penyesuaian-diri secara adekuat.
Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil gres ke dalam suatu tindakan (Utami Munandar, 1 992:48) Hasil-hasil gres itu muncul dan sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Kreativitas ini sanggup terwujud dalarn suasana kebersamaan dan terjadi bila korelasi antar individu ditandai oleh hubungan-hubungan yang bermakna.
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) beropini bahwa berguru kreatif ialah “menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau memperlihatkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
Adapun karakteristik anak dalam belajar berdasarkan Usman (1993: 11) meliputi: (1) cepat dalam belajar; (2) lambat belajar; (3) anak yang kreatif; (4) underachiever; dan (4) anak yang gagal (drop-out).
Berdasarkan uraian perihal kreativitas dan berguru di atas, maka penulis sanggup menyimpulkan bahwa kreativitas berguru yang dimaksud ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh anak didik (siswa) dalam proses pembelajaran atau berbagi segala potensi yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
Ciri-ciri Kreativitas Belajar Siswa
Supriyadi (1994:15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas berupa gagasan, pemecahan masalah dan penemuan. Adapun yang termasuk dalam aspek-aspek pokok individu kreatif, antara lain.
a. Kelincahan berpikir dari segala arah, yaitu kemampuan untuk melihat perkara dari segala arah, sudut pandang, dan megumpulkan aneka macam fakta yang penting untuk mengarahkan fakta itu pada perkara yang dihadapi.
b. Kelincahan mental berpikir ke segala arah, yaitu kemampuan untuk berpikir dari satu ide/gagasan menyebar ke segala arah yang memungkinkan mencari aneka macam balasan yang berbeda.
c. Fleksibilitas konseptual adalah kemampuan untuk secara impulsif mengganti cara pandang dan pendekatan kerja yang tidak sejalan.
d. Originalitas adalah kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak biasa dan jarang bahkan mengejutkan.
e. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, individu kreatif lebih menyukai kerumitan daripada kemudahan memiliki tantangan dari keamanan, kecenderungan pada banyak tali temalinya.
f. Latar belakang yang merangsang, lingkungan yang merangsang dan suasana yang mendukung mendorong timbulnya kreativitas individu.
g. Kecakapan dalam banyak hal, para individu kreatif pada umumnya mempunyai minat serta kecakapan dalam berbagai bidang dan sanggup menikmati kehidupan dari aneka macam sudut pandang.
Csikszentmihalyi dalam Utami Munandar (2002:51) mengemukakan sepuluh ciri-ciri kepribadian kreatif, antara lain sebagai berikut:
1. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya.
2. Pribadi kreatif, cerdas dan cerdik, tetapi pada ketika yang sama mereka juga naif. Di satu pihak mereka mempunyai kebijakan (wisdom), tetapi juga bisa mirip belum dewasa (childlike). Insight yang mendalam sanggup tampak tolong-menolong dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka sanggup berfikir konfergen dan difergen.
3. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu gagasan atau karya gres dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi.
4. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan dengan masa lalu.
5. Pribadi kreatif memperlihatkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. Seseorang perlu dapat bekerja sendiri untuk sanggup berkreasi, tetapi juga penting baginya untuk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain.
6. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi mereka tetapi biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yang telah mereka capai, dan mereka juga mengakui adanya faktor keberuntungan dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap apa yang masih mereka lakukan.
7. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka sanggup melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin). Lepas dari kedudukan gender, mereka bisa sensitif dan asertif, mayoritas dan submisif pada ketika yang sama.
8. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif. Bagaimanapun, kesediaan untuk mengambil risiko dan meninggalkan keterkaitan pada tradisi juga perlu.
9. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya. Tanpa semangat seseorang bisa kehilangan minat terhadap kiprah yang sangat sulit, tetapi tanpa objektivitas, karyanya bisa menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya.
10. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama ia juga mencicipi kegembiraan yang luar biasa.
Campbell yang mengelompokkan aspek kreatif dalam dua kategori, Ayan mengelompokkan ke dalam empat kategori. Menurut Ayan (Candra, 2005:8), aspek-aspek kreativitas terdiri dari.
a. Rasa ingin tahu (Curiousity) merupakan komponen pertama yang sangat penting bagi usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai kekuatan mempertanyakan sesuatu (questioning force).
b. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan (Openness to experiences )atau informasi baru juga merupakan komponen yang sangat vital dalam kreativitas. Untuk menjadi orang kreatif diperlukan persediaan informasi dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu. Agar cukup informasi dan pengalaman, seseorang harus bersifat fleksibel, terbuka, mau menerima dan menghargai berbagai pandangan, pemikiran, pendapat dan hasil karya orang lain. Dengan fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan sanggup memperkaya pengetahuan yang telah ada di dalam struktur kognitif, sehingga ia berpeluang besar untuk sanggup memunculkan gagasan yang luar biasa.
c. Toleransi terhadap resiko (Risk Tolerance) merupakan kesanggupan atau kesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang hendak diusahakan atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan berkembang dengan baik apabila seseorang juga mempunyai toleransi yang tinggi atau kesanggupan menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin ditimbulkannya.
d. Energi (Energy) meliputi energi fisik dan energi mentalis.Pada umumnya orang kreatif memiliki energi yang luar biasa, khususnya energi fisik.
Menurut Utami Munandar dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:5-10) menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)
a. Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian perkara atau pertanyaan, memperlihatkan banyak cara atau saran untuk melaksanakan aneka macam hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalahdari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda-beda, bisa mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c. Keterampilan berpikir rasional yaitu mampu melahirkan ungkapan yang gres dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, bisa membuat kombinasi-kombinasi yangtidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atausituasi sehingga lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokanpenilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suaturencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, bisa mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.
2. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)
a. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang,objek dan situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
b. Bersifat imajinatif yaitu bisa memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memakai imajinasi dan kenyataan.
c. Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu terdorong untuk mengatasi perkara yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
d. Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memperlihatkan balasan meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang berstruktur.
e. Sifat menghargai yaitu sanggup menghargai bimbingan dan pengarahandalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yangsedang berkembang
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, mempunyai minat yang luas, mempunyai kegemaran dan menyukai aktivitas yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik dan ejekan orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi.
Utami Munandar (1992) mengemukakan cini-ciri kreativitas antara lain:
1. Senang mencari pengalaman baru
2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3. Memiliki inisiatif
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung kritis terhadap orang lain
6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
7. Selalu ingin tahu
8. Peka atau perasa
9. Enerjik dan ulet
10. Menyukai tugas-tugas yang majemuk
11. Percaya kepada diri sendiri
12. Mempunyai rasa humor
13. Memiliki rasa keindahan
14. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.
Adapun Clark (Asori, 2009:73) mengemukakan karakteristik kreativitas ialah sebagai berikut:
1. Memiliki disiplin diri yang tinggi
2. Memiliki kemandirian yang tinggi
3. Cenderung sering menentang otoritas
4. Memiliki rasa humor
5. Mampu menentang tekanan kelompok
6. Lebih bisa menyesuaikan diri
7. Senang berpetualang
8. Toleran terhadap ambiguitas
9. Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan
10. Menyukai hal-hal yang kompleks
11. Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
12. Memiliki memori dan atensi yang baik
13. Memiliki wawasan yang luas
14. Mampu berpikir periodik
15. Memerlukan situasi yang mendukung
16. Sensitif terhadap lingkungan
17. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
18. Memiliki nilai estetik yang tinggi
19. Lebih bebas dalam berbagi integrasi kiprah seks.
Manfaat Kreativitas Belajar Siswa
Dalam kegiatan berguru mengajar anak yang mempunyai kreativitas lebih bisa menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkannya pula. Oleh lantaran itu, guru perlu memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa sehingga kreativias, talenta dan minatnya sanggup berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kreativitas sangat penting dalam hidup, maka dari itu kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri peserta didik. Utami Munandar (2002:43) mengemukakan alasan pentingnya kreativitas antara lain:
1. Dengan berkreasi orang sanggup mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
2. Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Dari wawancara terhadap tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil menciptakan sesuatu yang bermakna yaitu para seniman, ilmuwan dan para inventor, ternyata faktor kepuasan ini amat berperan, bahkan lebih dari laba material semata-mata.
4. Kreativitaslah yang memungkinkan insan meningkatkan kualitaas hidupnya. Dalam era pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan, dan teknologi baru. Untukmencapai hal ini, sikap, pemikiran dan perilaku kreatif harus dipupuk semenjak dini.
Faktor-faktor yang Mendorong Kreativitas Belajar Siswa
Pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal penting, lantaran kalau kreativitas siswa tidak muncul maka proses pembelajaran tersebut akan statis, artinya tidak ada interaksi yang baik antara pendidik dan anak didik, oleh lantaran itu kita harus mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mensugesti kreativitas berguru siswa.
Kreativitas berguru dan konteks ini, berarti para siswa diharapkan bisa membuat koneksi (keterkaitan) atas diri mereka sendiri, untuk hadir dan menghasilkan kombinasi-kombinasi baru, untuk mengaplikasikan imajinasi dalam bahasa yang mereka gunakan. Adapun faktor-faktor yang mensugesti kreativitas berguru antara lain :
a) Faktor internal siswa, faktor Internal siswa ialah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mencakup dua aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah), aspek fisiologis (jasmaniah)meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera terutama otak, lantaran otak ialah sumber dan menara pengontrol kegiatan tubuh manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga insan sanggup berguru dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan berbagi kehidupannya di muka bumi. Aspek psikologis (rohaniah) dalam belajar, akan memperlihatkan andil yang penting. Faktor psikologis akan senantiasa memperlihatkan landasan dan akomodasi dalam upaya mencapai tujuan berguru secara optimal. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang sanggup mensugesti kuantitas dan kualitas pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yng dipandang lebih esensial ialah tingkat kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat, bakat, motivasi, dan kreativitassiswa. Seorang siswa akan berhasil dalam berguru kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hokum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis dan aspek psikologis akan membantu pelajaran.
b) Faktor eksternal siswa, faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah mirip guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas sanggup mensugesti kreativitas berguru seorang siswa. Para guru yang selalu mengambarkan sikap yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal berguru contohnya rajin membaca sanggup menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan berguru siswa. Lingkungan sosial yang lebih mensugesti kegiatan berguru ialah orang renta dan keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial mirip gedung sekolah dan letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat belajar, waktu berguru dan cuaca, faktor-faktor ini dipandang sanggup menentukan tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa.
c) Faktor instrumental, yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta taktik berguru mengajar yang dipakai akan mensugesti proses berguru dan kreativitas berguru siswa.
Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak faktor antara lain sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990). Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mensugesti kreativitas berguru siswa :
a. Sikap orang renta terhadap kreativitas anak
Sudah lebih dari tiga puluh tahun pakar psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang renta berkaitan erat dengan kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan dengan teori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan tes psikologis kita memperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka.
Ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah :
1) Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak.
2) Aspek
Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka dan mengharagai keunikan anak
3) Kedekatan emosional
Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah.
4) Prestasi
Prestasi bukanlah angka. Orang tua anak yang kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dalam menghasilkan karya-karya yang baik.
5) Menghargai Kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang renta untuk melaksanakan hal-hal yang kreatif.
b. Strategi mengajar guru
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan taktik khusus yang dapat meningkatkan kreativitas. Strategi tersebut meliputi:
1) Penilaian
Penilaian guru terhadap pekerjaan murid dapat dilakukan dengan cara:
a. Memberi umpan balik berarti daripada evaluasi yang abnormal dan tidak jelas
b. Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan berguru dari kesalahan mereka
c. Penekanan terhadap “apa yang telah kamu pelajari” dan bukan pada “bagaimana melakukannya”.
2) Hadiah
Anak senang menerima hadiah dan kadang kala melakukan segala sesuatu untuk emperolehnya. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik ialah kesempatan menampilkan dan mempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
3) Pilihan
Sedapat mungkin berilah kesempatan kepada anak menentukan apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika guru membatasi pilihan siswa, maka guru sanggup menghambat kreativitas siswa tersebut.
Karakteristik dan Indikator Kreatvitas Belajar Siswa
Piers (Asrori, 2009:72) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan
6. Penuh percaya diri
7. Memiliki kemandinian yang tinggi
8. Bebas dalam mengambil keputusan
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks
13. Toleran terhadap ambiguitas
14. Bersifat sensitif.
Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas berguru siswa sanggup dimpulkan sebagai berikut:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4. Penuh percaya diri atau percaya kepada diri sendiri
5. Memiliki kemandirian yang tinggi
6. Senang mencari pengalaman baru
7. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
8. Memiliki inisiatif
9. Enerjik dan ulet dan mempunyai ketekunan yang tinggi
10. Cenderung kritis terhadap orang lain
11. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
12. Selalu ingin tahu atau mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
13. Menyukai tugas-tugas yang beragam atau hal-hal yang kompleks
14. Memiliki disiplin diri yang tinggi
15. Memiliki kemandirian yang tinggi
16. Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
17. Memiliki memori dan atensi yang baik
18, Memiliki wawasan yang luas
================================================
Belum ada Komentar untuk "✔ Kreativitas Berguru Siswa"
Posting Komentar