✔ Teladan Pengintegrasian Pendidikan Karekter Dalam Mapel Ppkn

BAGIAN I
PANDUAN UMUM


A.             Latar Belakang
Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik semoga menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu jadwal utama Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah ialah pengembangan pendidikan karakter.

Sebenarnya pendidikan huruf bukan hal yang gres dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada ketika ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina sopan santun dan budi pekerti penerima didik, yaitu Pendidikan Agama dan PKn. Namun demikian, training tabiat melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan sebab beberapa hal. Pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung gres membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya  belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga siswa berperilaku dengan huruf yang tangguh. Ketiga, menggantungkan pembentukan tabiat siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan huruf penerima didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan training kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.


======================================




======================================

Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan sopan santun dan budi pekerti yang telah diupayakan penemuan pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:

1)         Pendidikan huruf dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud mencakup pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan berguru mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap acara pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.
2)         Pendidikan huruf juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan training kesiswaan.
3)         Selain itu, pendidikan huruf dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.

Pelaksanaan pendidikan huruf secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang gres bagi sebagain besar Sekolah Menengah Pertama di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan huruf secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan huruf yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, terutama ketika guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE).

B.              Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran

Yang dimaksud dengan pendidikan huruf secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran ialah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laris penerima didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk mengakibatkan penerima didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk mengakibatkan penerima didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

C.             Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Integrasi pendidikan huruf di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian pembelajaran pada semua mata pelajaran.

1.      Perencanaan integrasi pendidikan huruf dalam pembelajaran

Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan materi ajar.

Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai huruf yang secara substansi sanggup diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai huruf ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang sanggup dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan.

Pengembangan silabus sanggup dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) huruf sempurna di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisi nilai(-nilai) huruf yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi sanggup ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diubahsuaikan atau dirumuskan ulang menyesuaikan huruf yang hendak dikembangkan. Dalam kegitan pembelajaran bukan dicantumkan nilai karakternya akan tetapi diskripsi dari nilai huruf tersebut.

Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan huruf yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama-tama rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran sanggup dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi sampai satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter.

Ke dua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) semoga pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi penerima didik mencapai pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi dan/atau ditambah semoga sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi penerima didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran aktif yang selama ini digalakkan aplikasinya oleh Direktorat PSMP sangat efektif mengembangkan huruf penerima didik.

Ke tiga, kepingan penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian penerima didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang sanggup digunakan untuk mengetahui perkembangan huruf ialah observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya:

·         BT: Belum Terlihat (apabila penerima didik belum memperlihatkan gejala awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator).
·         MT: Mulai Terlihat (apabila penerima didik sudah mulai memperlihatkan adanya gejala awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).
·         MB: Mulai Berkembang (apabila penerima didik sudah memperlihatkan aneka macam tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
·         MK: Membudaya (apabila penerima didik terus menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Ke empat, materi bimbing disiapkan. Bahan/buku bimbing merupakan komponen pembelajaran yang paling kuat terhadap apa yang sebetulnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melaksanakan pembiasaan yang berarti.

Melalui jadwal Buku Sekolah Elektronik atau buku murah, remaja ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku bimbing dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran.

Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika – bahan-bahan bimbing tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan huruf di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan huruf secara memadai belum berjalan. Oleh sebab itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, materi bimbing perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru ialah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus sanggup mengembangkan karakter. Cara lainnya ialah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan berguru pada buku bimbing yang dipakai. Selain itu, pembiasaan sanggup dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya.

Sebuah kegiatan berguru (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah:

1)      Tujuan
2)      Input
3)      Aktivitas
4)      Pengaturan (Setting)
5)      Peran guru
6)      Peran penerima didik


Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan berguru yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut.

Secara umum, kegiatan berguru yang potensial sanggup mengembangkan huruf penerima didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut.

1)      Tujuan

Dalam hal tujuan, kegiatan berguru yang menanamkan nilai ialah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan berguru dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu, contohnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.

2)      Input

Input sanggup didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak dilaksanakannya acara belajar oleh penerima didik. Input tersebut sanggup berupa teks verbal maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang sanggup memperkenalkan nilai-nilai ialah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.

3)      Aktivitas

Aktivitas berguru ialah apa yang dilakukan oleh penerima didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input berguru untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas berguru yang sanggup membantu penerima didik menginternalisasi nilai-nilai ialah aktivitas-aktivitas belajar aktif yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh acara berguru yang mempunyai sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.

4)      Pengaturan (Setting)

Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian kiprah yang pendek (sedikit), contohnya akan mengakibatkan penerima didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok sanggup mengakibatkan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.

5)      Peran guru

Peran guru dalam kegiatan berguru pada buku bimbing biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit kiprah guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melaksanakan inferensi terhadap kiprah guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.

Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip fatwa Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan huruf siswa ialah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah penerima didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi penerima didik).

6)      Peran penerima didik

Seperti halnya dengan kiprah guru dalam kegiatan berguru pada buku ajar, kiprah siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit kiprah siswa pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melaksanakan inferensi terhadap kiprah siswa pada kebanyakan kegiatan pembelajaran.

Agar penerima didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, penerima didik harus diberi kiprah aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb.



2.      Pelaksanaan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan semoga penerima didik mempraktikkan nilai-nilai huruf yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran sebab prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus sanggup memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, sikap guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi penerima didik.

D.       Nilai-nilai Karakter untuk SMP

  Ada banyak nilai (80 butir) yang sanggup dikembangkan pada penerima didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan kiprah yang sangat berat. Oleh sebab itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP, nilai-nilai utama tersebut disarikan dari butir-butir SKL, yaitu:
1.         Kereligiusan
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau fatwa agamanya.

2.       Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya mengakibatkan dirinya sebagai orang yang selalu sanggup mendapatkan amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

3.       Kecerdasan
Kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu kiprah secara cermat, tepat, dan cepat.




4.       Ketangguhan
Sikap dan sikap pantang mengalah atau tidak pernah frustasi ketika menghadapi aneka macam kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau kiprah sehingga bisa mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.

5.       Kedemokratisan
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.


6.       Kepedulian
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.

7.       Kemandirian
Sikap dan sikap yang tidak gampang tergantung pada orang lain dalam menuntaskan tugas-tugas.

8.       Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melaksanakan sesuatu secara kenyataan atau budi untuk  menghasilkan cara atau hasil gres dan termutakhir dari  apa yang telah dimiliki.

9.       Keberanian mengambil risiko
Kesiapan mendapatkan risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata.

10.   Berorientasi pada tindakan
Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.

11.   Berjiwa kepemimpinan
Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.

12.   Kerja keras
Perilaku yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi aneka macam hambatan  guna menuntaskan kiprah (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.


13.   Tanggung jawab
Sikap dan sikap seseorang untuk melaksanakan kiprah dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya beliau lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

14.   Gaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam membuat hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan jelek yang sanggup mengganggu kesehatan.

15.   Kedisiplinan 
Tindakan yang memperlihatkan sikap tertib dan patuh pada aneka macam ketentuan dan peraturan.

16.   Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

17.  Keingintahuan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

18.        Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang memperlihatkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap pengetahuan.

19.        Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

20.        Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial
Sikap berdasarkan dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan  kepentingan umum.

21.        Menghargai  karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berkhasiat bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

22.        Kesantunan
Sifat yang halus dan baik  dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

23.        Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang memperlihatkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

24.        Menghargai keberagaman
Sikap memperlihatkan respek/hormat terhadap aneka macam macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.


Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, enam butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan, yaitu:

1.      Kereligiusan
2.      Kejujuran
3.      Kecerdasan
4.      Ketangguhan
5.      Kedemokratisan
6.      Kepedulian

Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya.

E.              Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran

Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh sebab itu perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling bersahabat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan pola distribusi nilai-nilai pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran.


Mata Pelajaran


Nilai Utama
1.  Pendidikan Agama
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, kesantunan, kedisiplinan, bertanggung jawab, cinta ilmu, keingintahuan, percaya diri, menghargai keberagaman, kepatuhan pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, kesadaran akan hak dan kewajiban, kerja keras
2.  PKn
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
3.  Bahasa Indonesia
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, keingintahuan, kesantunan, nasionalisme
4.  Matematika
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian, percaya diri
5.  IPS
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, kerja keras
6.  IPA
Kereligiusan,  kejujuran,  kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan, kemandiran, tanggung jawab, cinta ilmu
7.  Bahasa Inggris
Kereligiusan,  kejujuran,  kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, kesantunan, percaya diri, mandiri, bekerjasama, kepatuhan pada aturan sosial


8.  Seni Budaya
Kereligiusan,  kejujuran,  kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratian, menghargai keberagaman, nasionalisme, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, kedisiplinan
9.  Penjasorkes
Kereligiusan, kejujuran, keerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, bergaya hidup sehat, kerja keras, kedisiplinan, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain
10.TIK/ Keterampilan
Kereligiusan,  kejujuran,  kecerdasan, ketangguhan, kepedulan, kedemokratisan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kemandirian, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain
11.  Muatan Lokal
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalisme


Tabel 1.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran



F.               Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter

Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan huruf di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang sanggup diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan materi ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan penilaian yang mengembangkan huruf adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru Sekolah Menengah Pertama seluruh Indonesia semenjak 2002.

Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat kekerabatan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini.

1.      Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme ialah teori berguru yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan  pengalaman-pengalaman gres dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. 

Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman berguru otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong acara berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses berguru mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, membuat gagasan, dan sebagainya.

Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis ialah memfasilitasi proses pembelajaran dengan:

(a)      menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
(b)      memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
(c)       menyadarkan siswa semoga menerapkan taktik mereka sendiri dalam belajar.

Penerapan teori berguru konstruktivisme dalam pembelajaran sanggup mengembangkan aneka macam karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.

2.      Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa berguru mengajukan pertanyaan perihal fenomena, berguru bagaimana menyusun pertanyaan yang sanggup diuji, dan berguru untuk saling bertanya perihal bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berkhasiat untuk:

(a)         menggali informasi, baik teknis maupun akademis
(b)         mengecek pemahaman siswa
(c)          membangkitkan respon siswa
(d)        mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
(e)         mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
(f)           memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
(g)         menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan berguru sanggup mengembangkan aneka macam karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.

3.      Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri ialah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri:

a)         merumuskan dilema (dalam mata pelajaran apapun)
b)        Mengamati atau melaksanakan observasi
c)         Menganalisis dan menyajikan hasil  dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,  tabel, dan karya lain
d)        Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, sobat sekelas, guru, atau yang lain

Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri  sanggup mengembangkan aneka macam karakter, antara lain berfikir kritis,  logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.

4.      Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat berguru ialah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan berguru semoga terjadi proses berguru lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan mengembangkan ide, mendengarkan wangsit siswa lain dengan cermat, dan berafiliasi untuk membangun pengetahuan dengan sobat di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada wangsit bahwa berguru secara bersama lebih baik daripada berguru secara individual.

Masyarakat berguru bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat berguru memberi informasi yang diharapkan oleh sobat bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diharapkan dari sobat belajarnya. Kegiatan saling berguru ini bisa terjadi bila tidak ada pihak yang mayoritas dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.

Praktik masyarakat berguru terwujud dalam:
(a)         Pembentukan kelompok kecil
(b)         Pembentukan kelompok besar
(c)          Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya)
(d)        Bekerja dengan kelas sederajat
(e)         Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
(f)           Bekerja dengan masyarakat

Penerapan prinsip masyarakat berguru di dalam proses pembelajaran sanggup mengembangkan aneka macam karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.

5.      Pemodelan (Modeling)

Pemodelan ialah proses penampilan suatu pola semoga orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan bunyi keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada ketika pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana semoga siswa belajar. Guru memperlihatkan bagaimana melaksanakan sesuatu  untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model sanggup dirancang dengan melibatkan siswa.



Contoh praktik pemodelan di kelas:

a)         Guru olah raga memberi pola berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa
b)        Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, kemudian siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut
c)         Guru Geografi memperlihatkan peta jadi yang sanggup digunakan sebagai pola siswa dalam merancang peta daerahnya
d)        Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan

Pemodelan dalam pembelajaran antara lain sanggup menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri.

6.         Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan semoga siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada final pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian.

Refleksi dalam pembelajaran antara lain sanggup menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.

7.         Penilaian otentik (Authentic assessment)

Penilaian autentik sebetulnya ialah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan aneka macam metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa sanggup mendemonstrasikan kemampuannya untuk menuntaskan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang sanggup ditemui di dalam dunia aktual di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya sanggup mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia aktual menyerupai tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya sanggup menjelaskan bagaimana siswa menuntaskan dilema dan dimungkinkan mempunyai lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan ialah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.

Penilaian autentik dalam pembelajaran sanggup mengembangkan aneka macam huruf antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu.


G.             Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter

1.      Potensi penggunaan BSE dalam pendidikan huruf

Buku-buku pelajaran Sekolah Menengah Pertama yang telah masuk dalam daftar BSE memenuhi kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana ditetapkan melalui Permen Diknas 22/2006 dengan cakupan dan kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi/materi disajikan dan/atau dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak di antara kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menempatkan penerima didik sebagai pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa untuk menyajikan materi merupakan bahasa Indonesia yang baku, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP, dan gagasan/pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi aneka macam ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada umumnya tidak bias gender, mengembangkan keberagaman/kebhinekaan, serta jiwa kewirausahaan.

Memperhatikan cirri-ciri tersebut di atas, BSE mempunyai potensi yang sangat besar untuk digunakan mengembangkan huruf penerima didik secara terpadu dalam pembelajaran. Hanya dengan melaksanakan sejumlah revisi, buku-buku tersebut sanggup digunakan untuk melaksanakan pendidikan huruf secara terintegrasi dalam pembelajaran.

2.      Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter

Di depan disebutkan bahwa BSE mempunyai potensi yang sangat besar untuk digunakan mengembangkan huruf penerima didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melaksanakan pembiasaan seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE akan dengan efektif memfasilitasi penerima didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan/kecakapan, dan membangun karakter. Berikut empat jenis pembiasaan yang sanggup dilakukan. Adaptasi jenis a, b, c, dan d berturut-turut dari yang paling dianjurkan ke yang kurang dianjurkan.

a.      Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik penilaian dari materi ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis  pada materi bimbing yang direvisi. Setelah revisi selesai materi bimbing tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.

b.      Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan penilaian dari materi ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, atau reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis  pada materi bimbing yang direvisi. Setelah revisi selesai materi bimbing tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.

c.       Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan penilaian dari materi ajar. Guru membuat sejumlah pembiasaan (misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara tertulis tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu dengan materi ajar. Catatan-catatan pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan oleh guru selama proses pembelajaran.



BAGIAN II
 PANDUAN KHUSUS MATA PELAJARAN PKn


A.              Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran PKn
 Nilai-nilai huruf untuk Mata Pelajaran PKn mencakup nilai huruf pokok dan nilai huruf utama. Nilai huruf pokok Mata Pelajaran PKn yaitu : Kereligiusan, , Kejujuran, Kecerdasan , Ketangguhan, Kedemokratisan, dan Kepedulian. Sedangkan nilai huruf utama Mata Pelajaran PKn yaitu : Nasionalis, Kepatuhan pada aturan sosial, Menghargai keberagaman, Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Bertanggung jawab, Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, dan Kemandirian.Nilai-nilai huruf utama ini sanggup dikembangkan lebih luas, untuk upaya memperkokoh fungsi PKn sebagai pendidikan karakter.

 Berikut ini disajikan nilai – nilai huruf utama dan pokok beserta    indikatornya:

NO
KARAAKTER
INDIKATOR
1
Kereligiusan
a. Memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun.
b.Berdoa setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan/melaksanakan tugas;
c. Mendoakan siswa yang tidak hadir sebab sakit pada awal pelajaran.
d.  Mengembangkan toleransi beragama
e. Melaksanakan ibadah dengan baik.
f.  Menghotmati orang yang sedang melaksanakan ibadah
g.Menolak setiap sikap, tindakan dan kebijakan yang menyimpang atau menodai agama.

2
Kejujuran
a.   Menepati janji
b.   Berkata dan bertindak secara benar sesuai dengan fakta/tidak berbohong;
c.    Bekerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki.
d.  Berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran.

3
Kecerdasan

a.   Berkata dan bertindak secara  benar, cepat, dan akurat.
b.   Mampu menerapkan pengetahuannya terhdap hal-hal yang baru

4
Ketangguhan

a.   Sikap dan sikap pantang mengalah /tidak gampang putus asa.
b.   Mampu mengatasi  permasalahan dan kesulitan sehingga  berhasil meraih tujuan atau cita-citanya.

5
Kedemokratisan

a.   menghormati pendapat dan hak orang lain
b. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c.     melaksanakan musyawarah dalam mengambil      keputusan.
d.  mengusahakan musyawarah untuk mencapai mufakat
e.   menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
f.     keputusan musyawarah sanggup dipertanggungjawabkan secara moral.
g.    menerima kekalahan dalam kompetisi yang jujur dan adil
h.   berpikir terbuka (mau mendapatkan wangsit gres atau pendapat orang lain walaupun berbeda),
i.     emosinya terkendali(misalnya: menghindari argumentasi yang bermusuhan, adikara dan tidak masuk akal), 
j.     berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah-masalah publik (termasuk aktif dalam kegiatan sekolah, memperlihatkan masukkan dalam pembuatan peraturan kelas, peraturan sekolah, peraturan desa)
k.      menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.


6
Kepedulian

a.         Memelihara kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam
b.         Memberikan santunan sesuai dengan kemampuan  terhadap  orang lain  yang dilanda peristiwa alam atau kurang  beruntung dalam kehidupannya;
c.          Tidak bersifat masa udik terhadap perubahan atau keadaan lingkungan.

7
Nasionalisme

a.         Berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
b.         Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan, melaksanakan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasional, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan; melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan, dsb.)
c.          Setia mitra terhadap sesama anak bangsa ;
d.        Menggunakan produksi dalam negeri.
e.         Mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan bangsa dan negara.
f.           Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan budaya tempat maupun nasional (misalnya: menggunakan pakaian tradisional, menyanyikan lagu-lagu tempat dsb.)
g.         Memelihara dan mengembangkan  pilar-pilar kenegaraan yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika (misalnya, memasang bendera merah putih;   aktif terlibat dalam setiap kegiatan peringatan, pemasyarakatan dan penegakan pilar-pilar kenegaraan tersebut).

8
Kepatuhan pada aturan sosial
a.         mematuhi tata tertib sekolah.
b.         mematuhi norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku
c.          tidak berbuat sewenang-wenang,  anarkhis, main hakim sendiri atau melaksanakan tindakan diluar ketentuan

9
Menghargai keberagaman
a.         Saling menghormati dan berafiliasi walaupun adanya perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
b.         Tidak memilih-milh sobat dalam pergaulan.
c.          Menghargai hasil karya atau produk suku lain, dengan cara mengapresiasi, mengkoleksi, menggunakan , menyanyikan;


10
Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
a.           Bersikap dan bertindak adil
b.           Belajar dengan tekun dan disiplin
c.         Menjaga keseimbangan antara hak dan    kewajiban.
d.          Menghargai hak-hak orang lain.
e.           Melaksanakan kewajiban dengan baik.

11
Bertanggung jawab
a.           Melaksanakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik dan sempurna waktu.
b.           Berani menanggung resiko atau jawaban dari segala perbuatannya
c.            Melakukan kiprah dan kewajibannya sesuai ketentuan yang beraku.
d.          Bersedia meminta maaf bila bersalah, dan berusaha tidak mengulangi lagi perbuatannya.
e.           Bersedia mengundurkan diri sebab gagal dalam melaksankan tugas, jika  hal itu merupakan jalan keluar yang terbaik bagi kepentingan umum.
f.             Bersedia dikenai hukuman aturan yang berlaku apabila telah terbukti melanggar peraturan.

12
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

a.            Mengemukakan/mengusulkan sesuatu yang masuk budi dengan menggunakan budi yang sehat dan hati nurani yang luhur.
b.            Memberikan masukan yang bersifat mambangun
c.             Memberikan wangsit atau gagasan yang baik untuk kepentingan umum
d.           Memaparkan pendapat didasarkan pada fakta empirik;

13
Kemandirian

a.             Tidak tergantung pada orang lain;
b.            Melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri;




B.              Kegiatan Pembelajaran PKn.
Kegiatan pembelajaran PKn mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam standar isi. Sejalan dengan pengembangan huruf penerima didik, kegiatan pembelajaran  PKn tersebut menuntut  guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif dalam PKn  antara lain dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:

1.         Mencari informasi dari aneka macam sumber menyerupai buku teks, surat kabar,  majalah, tokoh masyarakat .Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain : kereligiusan, kejujuran, kemandirian, kerja keras, kedisiplinan,  keingintahuan, cinta ilmu.

2.         Membaca dan menelaah ( studi pustaka ). Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: kereligiusan, keingintahuan, cinta ilmu.

3.         Mendiskusikan. Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain:  kereligiusan, kecerdasan, demokratis, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; kesantunan, menghargai keberagaman Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

4.         Mempresentasikan.  Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: percaya diri, kemandirian, tanggung jawab, demokratis, kesantunan, kejujuran.

5.         Memberi tanggapan. Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: kereligiusan, kecerdasan, ketangguhan, demokratis menghargai keberagaman, kejujuran, menghargai keberagaman, kemandirian Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.


6.         Memecahkan dilema atau kasus.  Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: kereligiusan, kecerdasan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kepatuhan pada aturan-aturan sosial, ketangguhan, nasionalisme, kemandirian, Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain kepedulian.

7.         Mengamati/mengobservasi. Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: kerja keras, keingintahuan, kesantunan, kemandirian, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain menghargai keberagaman, kejujuran.

8.         Mensimulasikan. Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain : demokratis, kejujuran, nasionalisme, kepedulian, ketangguhan, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain menghargai keberagaman, kepatuhan pada aturan-aturan social,

9.         Mendemonstrasikan.  Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain nasionalisme, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain kedemokrasian, kejujuran, menghargai keberagaman.

10.        Memberikan contoh.  Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: nasionalisme, kedemokrasian, kejujuran, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

11.        Mempraktikan/menerapkan : Karakter yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran ini antara lain: kedemokrasian, nasionalisme, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, kepatuhan pada aturan-aturan sosial, menghargai keberagaman.



C.             Penggunaan BSE Mata Pelajaran PKn untuk Pendidikan Karakter

Gambaran umum BSE Mata Pelajaran PKn(didasarkan pada hasil content analysis)
1.      Isi
Pada umumnya isi cakupannya cukup luas dan mendalam. Akurasi materi sanggup dinyatakan baik, indikatornya sesuai dengan Standar Isi (SK dan KD),  menyajikan fakta secara akurat, dan menyajikan konsep dan terori secara benar dan akurat. Misalnya, dalam buku BSE mata pelajaran PKn Bab 3 Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia, isinya secara akurat  sesua dengan Standar Kompetensi : Menampilkan sikap positif terhadap proteksi dan penegakan Hak Azasi Manusia (HAM) , dengan Kompetensi Dasar: (1) Menguraikan hakikat, aturan dan kelembagaan HAM;  (2)  Mendeskripsikan masalah pelanggaran dan upaya penegakan HAM , dan (3)  Menghargai upaya proteksi HAM  dan (4) Menghargai upaya penegakan HAM .
      
 Begitu pula materi telah disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan up to date. Substansi materi pada umumnya telah mengandung nilai – nilai karakter, sebab mata pelajaran PKn memang dalam rangka membangun huruf warga negara yang baik.

2.      Metode pembelajaran
Metoda pembelajaran tampak telah di kembangkan pembelajaran aktif dengan penerapan  CTL dan pada umumnya telah mengandung  nilai huruf namun belum dieksplisitkan.

3.      Bahasa
Penggunaan bahasa cukup komunikatif memudahkan keterpahaman terhadap pesan, memperlihatkan kesesuaian citra atau ilustrasi dengan substansi pesan. Penggunaan bahasa sudah bersifat dialogis dan interaktif yakni mendorong motivasi penerima didik untuk merespons pesan dan berpikir kritis.

4.      Grafika
Peta konsep yang dikembangkan telah mengacu kepada Standar Isi (SK & KD). Gambar yang disajikan telah sesuai dengan materi dan bersifat  kontekstual. Hal ini tidak saja menjadi menarik tetapi juga memperlihatkan citra yang konkrit sehingga sangat membantu untuk memahami pesan yang ada di dalamnya. Gambar yang disajikan juga menggambarkan suatu realitas/fakta bukan fiksi.

5.      Potensi BSE mata pelajaran PKn untuk pendidikan karakter.
Berdasarkan hasil content analysis di atas berikut ini disajikan  contoh sebuah unit materi bimbing dari BSE.


Contoh sebuah unit materi bimbing dari BSE berikut ini diambil dari Kelas IX, BAB I PARTISIPASI DALAM USAHA PEMBELAAN NEGARA,
halaman 2 -3.
A. PENTINGNYA USAHA PEMBELAAN NEGARA
Pada kepingan ini kalian diajak untuk mempelajari pentingnya usaha pembelaan negara. Materi ini penting dipahami semoga setiap warga negara mempunyai pemahaman, kesadaran, dan kemauan berpartisipasi dalam usaha pembelaan negara.
1. Pengertian Usaha Pembelaan Negara
Pernahkah kalian melihat atau meraba wujud negara? Tentu kalian sulit melihat atau meraba wujud negara, sebab negara bersifat abnormal (in abstracto). Namun demikian, untuk mengetahui wujud negara sanggup kita telusuri dari unsur-unsur negara menyerupai penduduk, wilayah, pemerintah, dan pengakuan. Unsur-unsur itulah yang mesti kita bela.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak dijelaskan pengertian usaha pembelaan negara. Untuk mengetahui hal tersebut, sanggup dilihat dalam UU RI Nomor 3 Tahun 2002 perihal Per­tahanan Negara. Istilah yang digunakan dalam undang­undang tersebut bukan ”usaha pembelaan negara” tetapi digunakan istilah lain yang mempunyai makna sama yaitu ”upaya bela negara”. Dalam klarifikasi tersebut ditegas­kan, bahwa upaya bela negara ialah sikap dan sikap warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.


Bab - 1 Partisipasi Dalam Usaha Pembelaan Negara

Berdasarkan pengertian upaya bela negara, apakah ka­lian pernah ikut serta dalam usaha pembelaan negara? Apa­bila kalian pernah ikut serta menjaga wilayah negara terma­suk wilayah lingkungan seki­tar dari gangguan atau ancaman yang membahayakan kesela­matan bangsa dan negara berarti kalian sudah berpartisipasi dalam
usaha pembelaan negara. Sikap hormat terhadap bendera, lagu kebangsaan, dan menolak campur tangan pihak asing terhadap kedaulatan NKRI juga memperlihatkan suatu sikap dalam usaha pembelaan negara.
Dengan demikian pengertian usaha pembelaan negara tidak terbatas memanggul senjata, tetapi mencakup aneka macam sikap dan tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara, contohnya dengan usaha untuk mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan, keamanan energi, keamanan ekonomi. Misalnya, yang telah dilakukan Elan Wukak Victor, dari Nusa Tenggara Timur merupakan usaha pembelaan negara dalam bentuk keamanan lingkungan, menyerupai tampak pada
Gambar 1.
12.         Usaha Pembelaan Negara Penting Dilakukan
Pernahkah kalian mempunyai barang yang diganggu atau akan diambil alih orang lain yang tidak berhak? Apakah kalian berusaha membela atau mempertahankannya? Pasti kalian mempertahankannya bukan? Setiap manusia normal secara naluriah niscaya akan selalu melindungi, membela, dan mempertahankan apa yang dimiliki dari ganguan orang lain. Lebih-lebih bila sesuatu itu sangat disenangi, sangat penting, dan sangat berharga bagi kalian.
Hal lain yang sangat penting bagi kehidupan kita adalah negara. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan suatu organisasi yang disebut negara. Apa yang akan terjadi bila tidak ada negara? Thomas Hobbes pernah melukiskan kehidupan insan sebelum adanya negara yaitu ”manusia merupakan serigala bagi insan lainnya” (Homo Homini Lupus) dan ”perang insan lawan manusia” (Bellum Omnium Contra Omnes). Dengan demikian, bila tidak ada negara niscaya tidak akan ada ketertiban, keamanan, dan keadilan.
Supaya hidup tertib, aman, dan tenang maka diharapkan negara. Negara akan tegak berdiri bila dipertahankan oleh setiap warga negaranya. Oleh sebab itu, membela negara sangat penting dilakukan oleh setiap warga negaranya. Ada beberapa alasan mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia, diantaranya yaitu:
a.         untuk mempertahankan negara dari aneka macam ancaman;
b.         untuk menjaga keutuhan wilayah negara;
c.         merupakan panggilan sejarah;
d.         merupakan kewajiban setiap warga negara.
Alasan-alasan pentingnya usaha pembelaan negara tersebut sanggup dihubungkan dengan pertama, teori fungsi negara, kedua, unsur-unsur negara, ketiga, aspek sejarah usaha bangsa (merupakan panggilan sejarah), dan keempat, peraturan perundang-undangan perihal kewajiban membela negara. Kaitan hal – hal tersebut sanggup disimak pada uraian berikut ini.
13.  Fungsi Negara dalam Kaitannya dengan Pembelaan Negara
Para andal merumuskan fungsi negara secara berbeda­beda. Perbedaan itu tergantung pada titik berat perhatian latar belakang perumusan tujuan negara serta dipengaruhi oleh pandangan atau ideologi yang dianut suatu negara atau andal tersebut. Seorang andal berjulukan Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yaitu:
a.       Fungsi penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus melaksanakan penertiban atau bertindak sebagai stabilisator.
b.      Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di­perlukan campur tangan dan kiprah aktif dari negara.
c.       Fungsi Pertahanan, yaitu untuk menjaga kemung­kinan serangan dari luar, sehingga negara harus diperlengkapi dengan alat-alat pertahanan.
d.      Fungsi keadilan, yang dilaksanakan melalui badan­badan pengadilan.
Ke empat fungsi tersebut merupakan fungsi minimum, yang berarti fungsi negara tersebut bisa berkembang lebih luas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai negara. Makara fungsi negara tidak bisa dipisahkan dari tujuan negara sebab keduanya saling berkaitan, sehingga para andal seringkali menggandengkan tujuan dengan fungsi negara.

Kerja Individual
Kalian baca Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan tulis kembali tujuan NKRI, kemudian kemukakan pendapat kalian mengenai fungsi NKRI. Tugas ini bersifat individual, kesudahannya dipresentasikan di kelas.



Penjelasan:
Unit materi bimbing di atas  sarat dengan muatan nilai- nilai huruf atau substansinya merupakan karakter. Nilai huruf utamanya nasionalisme dan patriotisme dalam arti yang luas termasuk tidak hanya dalam arti fisik (memanggul senjata) tetapi termasuk segala tindakan warga negara untuk kepentingan kesejahteraan umum, melaksanakan hal-hal yang baik demi kejayaan bangsa dan negara. Tindakan warga negara untuk kepentingan kesejahteraan umum contohnya memelihara keamanan/ketahanan lingkungan, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan ekonomi. Sehingga dari hal ini sanggup dimunculkan nilai karakter: peduli lingkungan dan kewirausahaan.
Isi yang sarat dengan muatan nilai-nilai huruf menjadi pola umum isi BSE PKn.  Masalahnya  nilai-nilai huruf tersebut belum dimunculkan  dan dipraktekkan dalam kegiatan pembelajaran.  Masih bersifat informatif/ajaran atau bersifat kognitif. Hal ini masuk akal sebab PKn substansinya sebagai pendidikan karakter.
Kemudian menyerupai tampak pada pola di atas, metode pembelajaran (kegiatan pembelajaran) yang ada pada umumnya belum dimunculkan nilai karakter. Begitu pula belum ada penilaian untuk menilai sikap dan sikap karakter. 

6.      Strategi penggunaan BSE mata pelajaran PKn untuk pendidikan huruf
Mengacu pada hasil content analysis dan pola salah satu unit BSE PKn dan komentarnya, maka taktik penggunaan BSE  mata pelajaran PKn yang sanggup digunakan adalah:
a.      mengeksplisitkan huruf dari substansi materi dengan cara mengembangkannya dalam bentuk kegiatan pembelajaran (menambah kegiatan pembelajaran berkarakter);
b.      mengeksplisitkan huruf pada kegiatan pembelajaran yang telah ada;
c.       membuat instrument penilaian karakter.

Dengan citra kondisi BSE PKn menyerupai digambarkan di atas, maka sangat potensial dijadikan materi bimbing untuk pembelajaran pendidikan huruf dengan mengunakan taktik :
a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik penilaian dari materi ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis  pada materi bimbing yang direvisi. Setelah revisi selesai materi bimbing tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.
                  
                   
b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan penilaian dari materi ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, atau reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis  pada materi bimbing yang direvisi. Setelah revisi selesai materi bimbing tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.

                
c. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan penilaian dari materi ajar. Guru membuat sejumlah pembiasaan (misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara tertulis tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu dengan materi ajar. Catatan-catatan pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan oleh guru selama proses pembelajaran.
               =====================================================





= Baca Juga =



Belum ada Komentar untuk "✔ Teladan Pengintegrasian Pendidikan Karekter Dalam Mapel Ppkn"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel