Terbaru - Kisah Abu Nawas : Menjebak Pencuri

Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814), biasanya dikenal sebagai Abū-awās atau Abū-Nuwās (Bahasa Arab:ابونواس), adalah seorang pujangga Arab. Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.

Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam dalam salah satu dongeng ia pernah berpura pura gila alasannya tidak ingin menjadi kadi setelah mendengar wasiat ayahnya dengan cara menaiki batang pisang menyerupai kuda kudaan ia juga sering ditantang oleh raja harun al rasyid maupun oleh sobat temanya dengan hal yang aneh,berisiko dan bahkan mustahil terjadi seperti memindahkan istana raja ke bukit, memantati raja dan lain lain.

 Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia Terbaru -  Kisah Abu Nawas : Menjebak Pencuri

Kisah Abu Nawas "Menjebak Pencuri"


Pada zaman dahulu orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan alasannya kesederhanaan berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil menggondol seratus keping lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak sudi menyerah.

Hakim telah berusaha keras dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa pemilik harta itu mengumumkan kepada siapa saja yang telah mencuri harta miliknya merelakan separo dari jumlah uang emas itu menjadi milik sang pencuri jikalau sang pencuri bersedia mengembalikan. Tetapi pencuri itu malah tidak berani menampakkan bayangannya.

Kini kasus itu semakin ruwet tanpa penyelesaian yang terang. Maksud baik saudagar kaya itu tidak mendapat-tanggapan yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tidak mampu disalahkan jikalau saudagar itu mengadakan sayembara yang berisi barang siapa berhasil menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya mempunyai harta yang dicuri.

Tidak sedikit orang yang mencoba tetapi semuanya kandas. Sehingga pencuri itu bertambah merasa aman tentram lantaran ia yakin jati dirinya tak akan terjangkau. Yang lebih menjengkelkan yaitu ia juga berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan jikalau dikatakan bahwa menghadapi orang seakan-akan ini bagaikan menghadapi jin. Mereka tahu kita, sedangkan kita tidak. Seorang penduduk berkata kepada hakim setempat.

"Mengapa tuan hakim tidak minta derma Abu Nawas saja?"

"Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?" kata hakim itu balik bertanya.

"Kemana beliau?" tanya orang itu.

"Ke Damakus." jawab hakim

"Untuk keperluan apa?" orang itu ingin tahu.

"Memenuhi undangan pangeran negeri itu." kata hakim.

"Kapan ia datang?" tanya orang itu lagi.

"Mungkin dua hari lagi." jawab hakim.

Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas.

Pencuri yang selama ini merasa aman kini menjadi resah dan tertekan. la merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang\ emas yang berhasil dicuri. Tetapi ia membatalkan niat sebab dengan menyingkir ke luar kawasan berarti sama halnya dengan membuka topeng dirinya sendiri. la lalu bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.

Abu Nawas telah kembali ke Baghdad alasannya tugasnya telah tamat. Abu Nawas menerima anjuran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati pencuri uang emas itu tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas menyiapkan siasat.

Keesokan harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang. Tanpa berkata-kata Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya dari rumah. 

Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, "Tongkat-tongkat itu telah saya mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembali tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang pulanglah kalian."

Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. la tidak sanggup memejamkan mata walaupun malam semakin larut. la terus berpikir keras. Kemudian ia memutuskan memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan ibarat ukuran semula.

Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu merasa damai alasannya yakni ia yakin tongkatnya tidak akan mampu diketahui alasannya adalah ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? la memuji budi diri sendiri karena ia ternyata akan sanggup mengelabui Abu Nawas.

Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas mengusut tongkat-tongkat yang dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui sebab tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu niscaya melakukan pemotongan pada tongkatnya alasannya ia
takut tongkatnya bertambah panjang.

Pencuri itu diadili dan dieksekusi sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri.
Kisah Abu Nawas Lainnya => 

Belum ada Komentar untuk "Terbaru - Kisah Abu Nawas : Menjebak Pencuri"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel